close
no thumb

Lagi-lagi sang surya tak pernah lelah memberi sinarnya kepada semesta, pagi datang dengan tenang disambut sahutan kokok ayam yang tak lelah juga membangunkan makhluk yang sedang tepar di dibumi empuk mereka. Aku yang tak berada di lingkungan mereka hanya bisa terbangunkan oleh firasat yang mengatakan “Sudah pagi Sella!! Ayo bangun…. Tanpa ragu aku beranjak dari karpet hijau yang telah mengantar kepergianku menuju dunia lain. Kulirik jam hitamku yang selalu menempel di pergelangan tangan kiriku, jam kesayanganku itu menunjukkan pukul 03.00 pagi. Kulihat sekujur tubuhku yang ternyata belum berganti baju piyama dan masih mengenakan sarung sholat sedari tadi malam. Ternyata aku tertidur pulas sehabis pulang tarawih sampai pukul 3 dini hari ini. Ah.. aku benar-benar capek kemarin, sampai-sampai aku lupa akan mengucapkan dan membuat kue kecil-kecilan kepada temanku yang hari ini merayakan sweet seventeennya. Jangankan itu, untuk mengganti baju dan berpindah ke tempat tidurkupun aku tak sempat.

Akhirnya hari ini tiba, 9 agustus 2012, atau lebih tepatnya 20 ramadhan 1433 H. Hari dimana semua santri yang nyantri di Pondokku, Pondok Pesantren Al Hikmah 02 libur dalam rangka Hari Raya Idul Fitri. Ya, aku sangat menunggu hari ini, satu tahun sudah ku tinggalkan kampung halamanku. Namun, kali ini dan yang ketiga kalinya aku akan kembali mengikuti BSK (Bakti Sosial keagamaan). Bakti Sosial Keagamaan adalalah sebuah rutinitas tahunan Organisasi Daerah yang ada di Pondok Pesantren Al Hikmah 02 yang kegiatannya seperti da’wah kecil-kecilan oleh santri yang melibatkan masyarakat luar dengan Organisasi Daerah yang mereka tinggali masing-masing yang hanya dilaksanakan satu minggu di sepuluh hari terakhir menjelang Idul Fitri. Ada Orda Rotib yang mencakup santri yang berasal dari Bumiayu dan sekitarnya, ada Orda Ittobsy yang menampung santri yang berasal dari Brebes utara, ada juga Histe yang  selalu ada untuk santri yang beralamat Tegal, untuk santri daerah Banyumas, mereka mempunyai Orda yang bernama Hisban. Dan Iksas untuk santri yang berasal dari luar jawa. Dan aku yang beralamat Malang, Jawa Timur kebagian Orda Itmammusyarqi, yaitu untuk santri yang bertempat tinggal di daerah pemalang, pekalongan, terus ke timur lagiiiiiii….. pokoknya sampe ujung timurnya jawa. Tapi aku sering banget nemuin anak yang dengan tampang sokeudah jelas Malang itu Jawa timur, malah menyatakan kalo aku itu anak Iksas, ~ Kadang ada yang lebih parah lagi, ada anak yang bilang aku nggak punya orda, Cuma ikut nimbrung Itmammusyarqi~itu mah udah parah tingkat tinggi, berarti dia nggak tau apa-apa tentang orda, pisss~ .

Perjalanan BSKku yang pertama ketika aku kelas IX SMP, aku kebagian di daerah Petarukan, Pemalang. Bener-bener pengalaman yang takkan pernah aku lupakan, dari yang aku sakit mata yang sangat akut, cari obat mata yang cocok juga nggak nemu-nemu, sampe-sampe dikasihani sama ibu kos dan hampir setiap hari mataku diobati olehnya, takmir masjidpun tak kalah kasihan melihat diriku yang bermata merah dan harus mendongakkan kepala ketika akan melihat sesuatu yang melebihi batas lurus pandanganku ini. Sampe-sampe ada jadwal tertentu yang harus aku hadiri di masjid hanya untuk mengobati mataku itu. Dan lebih parahnya lagi sandalku yang aku taruh depan kos-an dan cuma aku tinggal untuk ber buka puasa saja udah langsung lenyap. Di desa gitu aja juga yang doyan nyolong sendal ya.. iya sih, aku akui sendalku cakep. Itulah nasib naasku dan finally aku harus beli sendal (jepit lagi!!). Aku selalu berfikir, jika saja mataku tidak sakit pasti aku bisa melaksanakan kegiatan Ramadhan ini dengan sempurna, namun apa daya. Mungkin juga aku terlalu belia untuk mengikuti kegiatan ini, teman sebaya yang mengikuti kegiatan ini hanya ada teman-teman sekamar dan beberapa teman yang belum aku kenal. Jadi bisa kalian bayangkan hampir semua teman-temanku adalah kakak kelas. Sedikit canggung juga, tapi dengan berjalnnya waktu aku bisa menguasai keadaan. Di hari terakhir, karena aku kehabisan uang dan sisa uangku hanya di ATM, kami dan diajak oleh Ibu kost berjalan-jalan ke Par Petarukan, seperti pasar pada layaknya namun pelajaran yang paling berharga adalah kebersamaan kita dengan Ibu kost yang baru saja kami kenal tidak lebih dari satu minggu yang lalu, sangat bersahabat.

Lanjut di Bakti Sosialku yang kedua di Wiradesa, Pekalongan. Disana aku mendapat musholla yang berkeyakinan Islam Muhammadiyah, seperti yang kalian ketahui yaitu apabila Tarawih, jumlah rokaat mereka adalah 11 rokaat dengan witir. Apa boleh buat, ya itung-itung tambah pengetahuan tentang perbedaan Islam di Indonesia. Di sini masyarakatnya udah jarang yang awam, jadi rata-rata sudah mengerti apa-apa yang sudah kita amalkan. Dan pengalaman amalkan. Dan pengalaman menggelikan lagi yang aku lagi yang aku hadapi adalah aku memberanikan diri untuk mewawancarai Perangkat Desa yang ada di Desa itu, awalnya ku ragu, tapi apa boleh buat aku mendapat tugas dari guru bahasa Indonesiaku untuk wawancara kepada sembilan orang dengan background  yang berbeda-beda. Kupilih tokoh masyarakat yang belum mengenalku sebelumnya karena aku takut jika  aku sudah berada di kampung halamanku nanti, aku tidak sempat mengerjakannya dengan sejuta rasa jaimku di sana. Satu hari menjelang kepulanganku menuju kampungku aku beranikan diri untuk bertanya pada ibu-ibu di masjid mengenai dimana letak rumah Pak perangkat desa tersebut. Dan selidik punya selidik ternyata seorang Ibu yang sedang aku wawancarai mengenai seorang yang tersohor itu adalah istrinya sendiri, hahaha #tersipu malu. Tapi aku langsung bisa membuat  janji untuk  wawancara dengan beliau itu, setelah janji sudah dibuat aku langsung merancang list pertanyaan yang akan ku lontarkan pada Bapak yang telah beristri itu. Aku mengambil tema pendidikan karena secara otomatis pengalamannya tentang pendidikan yang sudah tak diherankan lagi.

Keesokan harinya, aku merasa benar-benar capek kerena aku harus mengurus anak-anak yang belajar bersama dan akan ikut dalam lomba penutupan BSK pada malam harinya, sempat aku berpikir mengurungakn niatku untuk wawancara itu, tapi bagaimanapun janji adalah hutang dan seperti biasa, hutang harus di bayar, hahaha. Setelah semua urusan BSKku selesai, aku langsung menuju rumah yang sudah di beri ciri-ciri oleh Istri Tokoh masyarakat tersebut. Dengan terik matahari yang sangat tidak bersahabat, dan langkahku yang juga tidak sabar ingin bertanya dengan sejuta pertanyaan yang telah terangkum jelas memoriku,tentunya seputar Pendidikan. Setelah aku beberapakali salah jalan dan bertanya kepada warga sekitar akhirnya aku menemukannya juga. Sekitar jam setengah satu aku sampe di rumah beliau yang sedikit berbeda dan mencolok di banding rumah-rumah yang lainnya. Akhirnya aku dan teman setiaku masuk dari pintu belakang. Aku mulai pertanyaanku dengan menanyakan seputar riwayat hidupnya ketika masih belia. Setelah beberapa banyak pertanyaan yang telah ku tanyakan dan melihat waktu yang semakin mendesak. Ketika aku ingin pamit untuk pulang, sontak aku dan temanku kaget karena kita belum diperbolehkan untuk meninggalkan istananya. Aku benar-benar takut dibuatnya, dengan suasana rumah yang mendominasi, sangat sepi dan tak ada seorangpun kecuali aku, temanku, bapak, dan ibu itu. Bapak dari tiga anak itu ingin bertanya dan sekedar berbincang-bincang dengan kita. Hanya saja waktu itu aku benar-benar takut karena semua pertanyaan yang dilontarkan tidak masuk akal untuk aku yang sedang mengambil tema pendidikan. Beliau bertanya tentang orang tua, pekerjaan orang tua, apa yang akan ku lakukan setelah lulus nanti, tidak lupa pula beliau menceritakan tentang putranya yang kini tengah berada di tahun terakhir nyantri di Gontor 1, bukan hanya itu, beliau juga meminta nomor telpon kami. Tak henti-hentinya juga menceritakan tentang anak Bungsunya itu. Waktu semakin berlalu, dan akhirnya aku beranikan diri untuk menyudahi percakapan yang aku anggap sama sekali tidak penting itu. Kembali Ibu dari anak yang beliau banggakan itu mencegah kami untuk tidak pulang. Namun kali ini bebeda, beliau mencegah karena ada sesuatu yang sepertinya akan diberikan pada kami, ibu yang telah dikaruniai cucu dari putri pertama tersebut masuk ke dalam rumah dan membawa sarung dan sirup. Waw, akhirnya kenang-kenangan kami terima dan kami langsung beranjak pulang.

Dan untuk tahun ini, kali ketiga aku ikut dalam Bakti Sosial Keagamaan. Aku ditunjuk sebagai wakil ketua oleh teman-temanku. Jika tahun lalu da’wah kecil-kecilan ini berada di kecamatan Wiradesa-Pekalongan, dengan tempat yang sudah terisi dengan karamaian dan segalanya tersedia di sana, sasaran BSK kali ini  adalah di Desa Watukumpul, Pemalang. Daerah yang sama sekali belum pernah aku kunjungi dengan medan yang sangat membuat aku mengucap  Di setiap perjalananku. Awalnya ada tiga pilihan untuk sasaran BSK, dua desa berada di Pemalang dan yang satu lagi adalah di salah satu Desa di Kendal. Awalnya aku sangat tertarik dengan Kendal, karena menurut pengalaman yang sudah-sudah BSK Itmammusyarqi hanya di daerah Pekalongan dan Pemalang. Itung-itung bisa tau juga kaya apa sih Kendal itu?. Tapi karena beberapa argumen yang membuat Kendal kalah telak dibanding Pemalang dan akhirnya Pemalanglah yang menjadi sasaran kami. Ternyata pemalang juga tak kalah amazing, apalagi medan menuju desa yang akan kami tinggali nanti, benar-benar curam dengan kerusakan jalan yang amat sangat parah. Kebetulan, waktu berangkat menuju desa tersebut aku bertemu dengan mantan  pacar kakakku yang rumahnya lumayan dekat dengan desa yang akan kami tuju. Aku mampir sebentar sekedar melepas lelah karena sepanjang jalan harus hati-hati menjaga keseimbangan. Setelah itu aku diantar olehnya setengah jalan menuju desa sasaran BSK karena jalan yang akan di lewati lebih sulit dari yang sudah-sudah.

Sampailah aku di Desa Bongas kecamatan Watukumpul, Pemalang. Desa yang sangat asri dengan pohon-pohon dan bukit-bukit mengelilinginya. Karena aku dan kelima teman-temanku datang lebih dulu untuk menyelesaikan urusan-urusan hari pertama yang cukup melelahkan itu kita berenam berlembur untuk membuat dekor pembukaan BSK di hari esok. Memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena hari-hariku penuh sesak dengan melayani juga belajar bersama anak-anak kecil itu. Berbagai macam masalah per-Pos di BSK yang belum aku temui sebelumnya telah bercampur aduk sudah di tahun ini, dari complain, masalah uang, juga ajakan anak-anak yang meminta untuk belajar, semua menjadi satu. Cukup mengesankan, apalagi jika aku melihat masyarakat desa yang begitu ramah dan begitu menerima keberadaan kami sehingga pada bulan ini kebetulan sekali dengan adanya HUT RI ke-67, dan sebagian anggota dari organisasi kami, kami juga mengikuti paskibra di sekolah masing-masing maka kita juga ingin mempersembahkan suatu variasi-variasi dari gerakan paskibra yang ada di Pondok Pesantren kita. Sempat ada kesulitan untuk menjalankan itu semua, dari mulai izin kepada petugas upacara, juga mengumpulkan anggota-anggota untuk latihan gerakan yang akan kami tampilkan nanti. Yah,.. seperti yang kita tau, itu hanya sampingan belaka, tapi apa salahnya kalau kita mampu walaupun dengan segala keterbatasan yang kita punya. Karena kesibukan yang sangat padat dengan kegiatan pesantren kilat di Pos peserta orda masing-masing, kita hanya bisa latihan dua hari sebelum acara dilaksanakan. Dan hasilnya, 70 dari 100% yang kita bayangkan, tidak begitu memuaskan namun tidak mengecawakan juga dengan semangat dan tepuk tangan peserta upacara itu sudah cukup membuat kami puas dengan apa yang telah kita perjuangkan.

Bukan Cuma itu, aku melihat di desa di kaki gunung ini sungguh menakjubkan dalam soal organisasi pemuda. Sungguh aktif dan istilah jawanya ~mengini~, dari anak-anak sampai pemuda perjakapun ikut andil dalam upacara Kemerdekaan itu. Di setiap tahun mereka juga mengadakan acara yang rutin diadakan dalam Bulan Ramadhan, yaitu Santunan Anak Yatim. Tak lupa mereka mengajak kami, Peserta BSK untuk andil dalam acara tersebut, geleng-geleng aku dibuatnya. Di akhir acara, panitia BSK mengajak anak-anak untuk renunangan malam tentang kebaikan orang tua selama ini dengan CD yang sudah disiapkan lengkap dengan proyektornya. Hanya itu yang bisa kami persembahkan untuk Desa indah juga masyarakat yang ramah itu, di acara penutupan seperti biasa kita mengadakan lomba-lomba untuk peserta didik per pos,pentas seni, dan pada malam hari juga ada tausyiyah oleh Pembina kami.

Cukuplah pengalamanku di tiga tahun ini, problematika yang aku hadapi juga semua pahit getir melaksanakan bulan Ramadhan meninggalkan orang tua di kampong halaman, kebersamaan yang kental bersama teman-teman, juga desa-desa yang dulu asing dalam benakku kini telah aku ketahui dengan baik lokasinya. Aku hanya berharap, semua campur tanganku, semua pengalamanku, semua sikap dan perilaku masyarakat kepadaku, juga sedikit sekali ilmu yang ku bagi kepada adik-adik kecil disana bisa bermanfaat dunia maupun akhirat kelak. ~amin~

 

 

 

Tags : Bakti sosialkemerdekaan
Shella Rizqiea

The author Shella Rizqiea

Ingenue :)

Leave a Reply

1 Comment

  1. Amien…
    santri/pelajar yg memang tengah berada dalam fase pembekalan diri, “wajib” memaksimalkan diri dalam mencari ilmu sebanyak-banyaknya. bukan hanya materi2 dalam bangku sekolah, tapi juga berbagai macam pengalaman. berorganisasi, bersosialisasi dg masyarakat, dn berlatih menularkan sedikit ilmu kpda org lain. semua itu akan kita petik manfaatnya nanti ketika telah terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
    tetap semangat de’…
    ayah & ibu menantikan senyum kesuksesanmu, ^_^

Leave a Response